Sepak bola indonesia menjadi
sorotan dibeberapa bulan terakhir tapi sorotan ini bukan karena prestasi
gemilang yang diraih akan tetapi kisruh yang terjadi antara PSSI dengan
Menpora, dibeberapa bulan terakhir saya lihat kisruh ini semakin panas, saling
berargumen merasa bahwa berada diposisi yang benar. Saya apresiasi yang sangat
tinggi niat dari Menpora yang ingin memperbaiki sepak bola indonesia, akan
tetap niat yang baik harus juga dengan cara yang baik maka hasilnya pun akan
baik. Langkah awal yang dilakukan Menpora berserta Bopi (badan olahraga
profesional indonesia) adalah melakukan verifikasi terhadap 18 klub peserta
QNB/ISL, rencana awal memutar kompetisi yang sudah dijadwal PT Liga pada bulan
febuari akan tetapi mundur lantaran Bopi dan kemenpora merekomendasi untuk
diundur untuk memverifikasi para peserta kompetisi ISL/QNB, setelah melakukan
verifikasi berkas, terdapat 2 klub yang tidak mendapat rekomendasi dari Bopi
yaitu arema cronous dan persebaya. Pada hasil verifikasi yang dilakukan oleh
Bopi menjadi dilema buat PSSI maupun PTLiga apabila mengikuti perintah Bopi
maka sudah bentuk intervensi yang dilakukan oleh pihak ketiga dimana didalam
aturan atau statuta FIFA dilarang adanya campur tangan pihak ketiga/ intervensi
pemerintah, akan tetapi apabila tidak mengikuti rekomendasi dari Bopi maka
melanggar aturan dari Bopi. Pada akhirnya PSSI/PT Liga tetap melakukan
kompetisi dengan 18 klub arema maupun persebaya tetap bertanding, baru
menjalankan 2 pertandingan kompetisi diliburkan sementara dengan alasan karena
PSSI ingin melakukan kongres pemilihan ketua umum dan terpilih sebagai ketua
PSSI yang baru Bapak La Nyalla mataliti, disisi lain pihak Menpora mengirim
surat terkait PSSI tetap mangikut sertakan 18 klub maka muncul SP1,SP2 hingga
SP3, saya lihat dimedia surat dari menpora dijawab oleh PSSI namun jawaban yang
dilakukan PSSI ke Menpora tidak memuaskan bagi Menpora. Pada akhirnya muncul SK
pembekuan terhadap PSSI, sehingga untuk menjalankan kompetisi kembali sulit
lantaran tidak mendapat izin keramaian dari polisi karena PSSI sudah tidak
diakui lagi. kelanjutan kompetisi ISL/QNB menjadi semakin tidak jelas. Setelah
PSSI tidak diakui, Menpora membuat tim transisi yang akan mengambil alih PSSI dan
menjalankan roda kompetisi yang sempat terhenti namun para perserta klub ISL/QNB menolak.
Sepak
bola indonesia mendapat ancaman sangsi oleh FIFA dikarenakan adanya intervensi
dari pemerintah, beberapa kesempatan FIFA mengirim surat intinya meminta
pembekuan terhadap PSSI dicabut sebelum tanggal 29 mei, saya berpendapat dampak
apabila terjadinya sangsi adalah sangat besar terutama bagi para pemain, pelatih, perangkat pertandingan yang
menggantungkan penghasilannya dari sepak bola, tersendatnya pembinaan pemain muda,
kursus kepelatihan dan beberapa dampak lain. Kita bisa lihat kompetisi terhenti
saja para klub sudah mendapat kerugian lantaran pendapatan dari sponsor tidak
ada dikarenakan kompetisi terhenti, pendapatan dari pertandingan, dan sudah
tentu dampaknya terhadap pemain tersendat penghasilannya, adanya kompetisi saja
klub masih menunggak gaji apalagi terhenti dan disangsi oleh FIFA.
Saya berharap masalah sepak bola indonesia
secepatnya selasai dan kompetisi kembali bergulir. Tulisan saya ini hanya
melihat dari media cetak maupun elektronik jadi saya pribadi meminta maaf
apabila terjadi kesalahan dalam tulisan ini mengenai Menpora maupun PSSI.
Saya sedikit mengutip pertanyaan dari
tulisan bambang pamungkas “Jika (konon katanya) semangatnya saja sama (untuk
masa depan sepak bola indonesia yang lebih baik), mengapa sulit sekali (untuk
mencari titik temu)?”
SELESAI....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar